
“Kak Heru harus bisa datang di Bantimurung ya..!” ujar Pak Djabar di ujung telepon. Beliau adalah salah satu konsultan pendidikan di Kabupaten Maros dan sekaligus kepala sekolah di SMP Negeri Unggulan 2 Maros. Kata kata beliau begitu menghujam ke pikiran saya. Jadwal kegiatan di Bantimurung pada tanggal 30 Oktober 2018 ternyata bersamaan dengan jadwal Trauma Healing di Palu yang berlangsung mulai tanggal 28-31 Oktober 2018 bersama Laznas Yatim Mandiri Makassar.
“Sewaktu kegiatan roadshow Gemar Membaca di Kecamatan Bontoa, kita mendapat protes dari peserta yang datang. Katanya sih kok nggak ada dongeng di acara ini..!” lanjut pak Djabar sekaligus memberikan penekanan bahwa mau tak mau saya harus bisa hadir di Bantimurung.
Akhirnya saya harus menjadwalkan ulang kegiatan trauma healing di Palu. Untunglah Pak Taufiq selaku Kepala Cabang Yatim Mandiri Makassar mengerti kondisi yang saya alami. Beliau membolehkan saya untuk menjadwalkan ulang kegiatan di Palu.

Roadshow Gerakan Gemar Membaca untuk Pelajar se Kabupaten Maros adalah salah satu program tahunan yang dilaksanakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Maros di tahun anggaran 2018. Kegiatan ini menyisir ke 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Maros. Hari Selasa, 30 September 2018 kegiatan roadshow ini dilaksanakan di Kantor Kecamatan Bantimurung dan diikuti oleh guru dan pelajar dari Kecamatan Bantimurung dan Kecamatan Cenrana. Kantor ini jaraknya sekitar 8 km dari pusat Kota Maros. Perjalanan dari Makassar cukup lancar karena arus lalu lintas yang sudah berkurang kepadatannya menjelang pukul 08:15 WITA. Saya sengaja berangkat pada jam tersebut mengingat kondisi lalu lintas yang masih sangat padat di daerah Daya dan Sudiang bila berada di kawasan ini pada pukul 07:00-08:00 WITA.
Di sela sela perjalanan, HP saya berdering tanpa ada nama di layar. Sejenak saya menepikan kendaraan dan menerima panggilan tersebut. Penelponnya bernama Yusuf, salah seorang staf dari Professor Husni Tanra. Pembicaraan singkatpun terjadi dan intinya adalah Professor Husni Tanra meminta kesediaan saya untuk menemani beliau ke Palu untuk kegiatan Trauma Healing. Karena sudah ada agenda dongeng yang sudah terjadwal, saya pun hanya bisa memberikan jadwal di awal Nopember untuk ke Palu. Di ujung telepon pak Yusuf meminta saya untuk bisa langsung ke rumah Prof Husni Tanra untuk memastikan jadwal kegiatan.
Tiba di Kantor Kecamatan Bantimurung sekitar pukul 08:50. Acara sudah berlangsung sekitar 20 menit. Ketika saya datang, materi tentang Perpustakaan Umum sementara dibawakan oleh Pak Husni dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Propinsi Sulawesi Selatan. Di samping beliau ada Pak Djabaruddin yang terlihat tersenyum gembira ketika melihat kedatangan saya. Selain itu, nara sumber lainnya adalah Ibu Ima dari SDN 57 Bulu Bulu dan sang pembawa acara, Kak Lory.
Aula kantor kecamatan ini nampaknya sudah penuh dengan kehadiran guru dan pelajar dari 2 kecamatan. Ada sekitar 100 undangan yang datang, mulai dari pelajar tingkat sekolah dasar sampai pelajar sekolah menengah pertama. Ketika saya masuk ke ruangan yang cukup panas ini, beberapa siswi SMP serentak menengok ke arah saya dan terdengar setengah berbisik menyebut nama Kak Heru. Saya sedikit mengingat wajah wajah mereka yang sepertinya berasal dari SMP 22 Bantimurung. Seminggu sebelumnya saya hadir di sekolah tersebut dalam aksi dongeng kemanusiaan untuk Palu dan Donggala bersama Laznas Yatim Mandiri Maros.

Ruangan yang cukup panas membuat saya kurang betah duduk di aula ini. Saya pun segera mengambil sebuah kursi dan membawanya keluar ruangan sambil menantikan jadwal dongeng yang biasanya di akhir kegiatan. Di luar ruangan ada beberapa staf dari dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Maros, salah satunya adalah Pak Asaad yang hari ini sedang sakit gigi. Awas jangan sampai membuat beliau marah marah ya! Surat tugas dari Rumah Dongeng saya serahkan kepada beliau yang membuatnya sedikit tersenyum.
“Cepat sembuh ya Pak…”, ujarku sembari menyerahkan 7 lembar surat tugas sebagai salah satu dokumen yang wajib dibawa ketika kegiatan ini berlangsung. Ada 7 lembar surat tugas yang langsung saya serahkan kepada beliau mengingat pada 6 kegiatan sebelumnya saya selalu lupa membuat surat tugas.
Tak lama kemudian keluar juga Ibu Ima dan Kak Lory dari ruangan sembari mengipas-ngipaskan tangannya. Nampaknya keduanya juga merasa kepanasan. Kak Lory puj segera mengajak kami berdua untuk melepas panas dengan segelas kopi di warkop seberang jalan. Hanya saja karena warkopnya sudah penuh dengan pengunjung lainnya, kami bertigapun duduk duduk di tepi sungai sembari menikmati minuman kami masing masing.
Sementara itu di dalam ruangan kegiatan, Dr Jabaruddin Pasuloi masih asyik meliuk-liukkan narasi indahnya tentang bagimana jurus literasi sekolah melalui Gerakan Literasi Sekolah. Berbagai tips tentang bagaimana sekolah harusnya lebih peduli dalam gerakan untuk memicu semangat membaca anak sekolah disampaikan dalam urutan 50 slide Power Point. Dari pengalaman sebelumnya, Ibu Ima mengatakan paling tidak butuh waktu 60 menit untuk menyelesaikan materi Gerakan Literasi Sekolah. Kamipun bertiga asyik ngobrol di pinggir sungai sembari menikmati kopi dan teh. Lagi asyik ngobrol, tiba tiba terdengar suara yang cukup mengagetkan kami.

Teriakan “Kak Lory….!!!”, terdengar dari seorang ibu yang sedang berada di dalam pete pete yang sedang melintas ke arah Leang Leang. Seperti nya nama Lory sudah sangat terkenal di tempat ini. Bahkan ketika ada seorang ibu yang sedang menenteng belanjaan sayur pun juga menyapa nama “Lory”.
Kagum saya saya beliau. Walaupun begitu, Kak Lory tetap ramah dan tak sombong serta selalu menyapa mereka satu persatu.
“Barusannya ada yang mengalahkan ketenaran Si Bona disini,” kata Ibu Ima.
“He…he…he.., tunggulah sebentar kalo Bona sudah beraksi. Bakalan bisa mengalahkan Bang Haji eh.. Bang Lory,” balasku tak mau kalah
Dan benar, ketika sessi dongeng sudah dimulai tanpa sengaja Kak Lory malah memanggil nama Bona untuk maju kedepan.
Maka kalahlah saya dengan si Bona!!!